💦Pendekatan Pembelajaran💦
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.
Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
2. Pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach),
dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek
utama dalam proses pembelajaran.
·
Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi
pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1. Sebagai pedoman umum dalam menyusun
langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
2. Memberikan garis-garis rujukan untuk
perancangan pembelajaran.
3. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah
dicapai.
4. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul.
5. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang
telah dilaksanakan.
·
Jenis-Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran
1. Pendekatan
Individual
Pendekatan
individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya
untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai
arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat
memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja
mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan
tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di
kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok
diperlukan.
Pembelajaran
individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan siswa,
membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya
dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang
terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas
dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa
dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini:
a)
Mendengarkan
secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan membuat
hubungan saling percaya.
b)
Membantu
anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
c)
Membantu
anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.
d)
Menerima
perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh
perhatian.
e)
Menanggani
anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan mungkin
memberi beberapa alternatif pemecahan.
Ciri-ciri
pendekatan individual :
1.
Guru
melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap siswa di kelas dan memberikan
kesempatan kepada anak didik sebagai individu untuk akatif, kreatif, dan
mandiri dalam belajar.
2.
Guru
harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara
individual.
3.
Guru
lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para peserta didik
dapat lebih terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
4.
Guru
harus mampu menyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas. Menarik dalam
pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami serta tidak membosankan
siswa. Pengajaran individual dilakukan untuk membantu siswa dalam menuntaskan
belajar mereka.
Oleh
karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar,
interaksi guru dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi
yang menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut
diatas merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual.
Keuntungan dari pengajaran pendekatan individual yaitu:
a.
Memungkin
siswa yang lama dapat maju menurut kemampuannya masing-masing secara penuh dan
tepat.
b.
Mencegah
terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi kelompok.
c.
Mengarahkan
perhatian siswa terhadap hasil belajar perorangan.
d.
Memusatkan
pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang bersifat mendidik, bukan
kepada tuntutan-tuntutan guru.
e.
Memberi
peluang siswa untuk maju secara optimal dan mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya.
f.
Latihan-latihan
tidak diperlukan bagi anak yang cerdas, karena dapat menimbulkan kebiasaan dan
merasa puas dengan hasil belajar yang ada.
g.
Menumbuhkan
hubungan pribadi yang menyenangkan siswa dan guru.M
h.
Memberi
kesempatan bagi para siswa yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat yang
lebih baik.
i.
Mengurangi
hambatan dan mencegah eliminasi terhadap para siwa yang tergolong lamban.
Sedangkan
kelemahan pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut dapat dilihat
secara umum dan khusus. Kelemahan secara umum:
1)
Proses
pembelajaran relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan yang
dihadapi dan jumlah peserta didik.
2)
Motivasi
siswa mungkin sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan individual yang
dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah
diri/minder dalam pembelajaran.
3)
Adanya
penggunaan pasangan guru dan siswa dalam manajemen kelas regular secara
perorangan, sehingga terjadi kemungkinan sebagaian peserta didik tidak dapat
dikelola dengan baik.
4)
Guru-guru
yang sudah terbiasa dengan cara-cara
lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena
menuntut kesabaran dan penguasaan materi secara lebih luas dan menyeluruh.
2. Pendekatan Kelompok
Dalam
kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan
lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu
diperlukan dan pelu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap
sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk
homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan
pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang
tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa
egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap
kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik
saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem
dalam mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk
hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain,
langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil
bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
3. Pendekatan Bervariasi
Permasalahan
yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan
pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.Pendekatan bervariasi
bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik
dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran
dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasiteknik pemecahan untuk setiap
kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi inisebagai alat yang dapat guru
gunakanuntukkepentinganpengajaran.
4. Pendekatan Edukatif
Apapun
yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik,
bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena
ingin ditakuti dan sebagainya.
Anak
didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas
ketika guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi
hokumdengan cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi
hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori
kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif
dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi
guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan
yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak
didik agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma
agama.
5. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan
dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata
pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prateknya tidak hanya digunakan satu,
tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan
penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi,
guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran umum sangat
penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini
tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus
menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang.
Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada
hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata
pelajaran tersebut.
6. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa
adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan
perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan
melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian struktur berperan
sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi
pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting
yaitu pada bahasa dan makna.
·
Tipe-tipe pendekatan
1.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916,yaitu
sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembanganminat dan pengalaman
siswa. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dikembangkan oleh The Washington State Consortium
for Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam dunia
pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan
memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk
belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat PLP Depdiknas.
Ada
kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika
anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sebab,
pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilahyang terjadi pada kelas-kelas
di sekolah Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi karena masih tertanam
pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai perangkat fakta-fakta yang harus
dihapal, kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya
ceramah merupakan pilihan utama strategi mengajar. Karena itu, diperlukan :
a.
Sebuah
pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa.
b.
Kesadaran
bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang siap diterima,
melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa.
c.
Kesadaran
pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka, apa manfaatnya,
bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari adalah berguna bagi
hidupnya.
d.
Posisi
guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar daripada
pemberi informasi.
Pendekatan
Kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL)merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam
status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari
bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan
membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal
yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
Dalam
pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting, yaitu :
1)
Mengaitkan
adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru
menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang
sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui
siswa dengan informasi baru.
2)
Mengalami
merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat
terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta
melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3)
Menerapkan.
Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah.
Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan
relevan.
4)
Kerjasama.
Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat
mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.Pengalaman kerjasama
tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan
dunia nyata.
5)
Mentransfer.
Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada
pemahaman bukan hapalan
2. Pendekatan
Konstruktivisme
Pendekatan
konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan
pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada
dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar
yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan
sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Ciri-ciri
pendekatan konstruktivisme:
a.
Dengan
adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta didik
dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau
pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan
pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
b.
Antara
pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang
ada dalam diri siswa.
c.
Setiap
siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.Peran
guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang
akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai
dengan materi yang dipelajari.
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan
deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika
untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan
seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks,
peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum
kesesuatuyangkhusus.
Pendekatan
deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan
khusus, sebagai pendekatan pengajaran
yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan
contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan
khusus.
4. Pendekatan Induktif
Pendekatan
induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.Pendekatan induktif merupakan
proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
5. Pendekatan Konsep
Pendekatan
konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara
benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi)..
Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Ciri-ciri
suatu konsep adalah:
1)
Konsep
memiliki gejala-gejala tertentu
2)
Konsep
diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
3)
Konsep
berbeda dalam isi dan luasnya
4)
Konsep
yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
5)
Konsep
yang benar membentuk pengertian
6)
Setiap
konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi
yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep
adalah:
1)
Menanti
kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
2)
Mengetengahkan
konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
3)
Memperkenalkan
konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang
komplek.
6. Pendekatan Proses
Pendekatan
proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampilan proses.
Pendekatan
proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada
pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses.
Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan
berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta
didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan
percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup
kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.
7. Pendekatan Sains,
Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan
Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan
Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan
proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Filosofi
yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta
didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan
apa yang telah mereka ketahui.
Komentar
Posting Komentar